Monday, November 15, 2010

Obama-Petraeus; Siapa Yang Sebenarnya Berkuasa?

Dalam bukunya, "The Promise," yang menceritakan tahun pertama Barack Obama berkantor di Gedung Putih, Jonathan Alter menggambarkan percakapan singkat antara sang presiden dan wakilnya, Joe Biden yang berlangsung November tahun lalu. Mereka mempercakapkan apa yang harus dilakukan Obama terkait Afghanistan.

Biden bertanya apakah kebijakan baru tentang penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada tahun 2011 adalah perintah sang presiden langsung yang tidak boleh dibantah oleh militer. Obama menyahut "yes."

Kedua orang itu kemudian berada di Oval Office bersama beberapa petinggi Pentagon yang akan melaksanakan perintah Obama. Di antara mereka adalah Jenderal David Petraeus, yang kemudian menjadi komandan perang di Afghanistan dan Irak. Menurut Alter, Obama berkata kepada Petraeus: "David, katakan sekarang. Saya ingin Anda jujur pada saya. Anda dapat melakukannya dalam delapan belas bulan?"

Petraeus menjawab: "Sir, saya yakin kita bisa melatih dan menangani ANA (Tentara Nasional Afghanistan) dalam jangka waktu itu."

Obama melanjutkan: "Jika Anda tidak dapat melakukan hal-hal yang Anda katakan itu dalam delapan belas bulan, maka tidak ada seorangpun yang akan menyarankan kita tinggal di sana, benar?"

"Ya, Sir," kata Petraeus.

Adm. Mike Mullen, ketua Kepala Staf Gabungan, juga hadir dalam pertemuan itu, dan ia menambahkan sama persis dengan Petraeus.

Namun dalam beberapa hari terakhir ini, pada pertemuan dengan satu media, Jenderal Petraeus menyanyikan sebuah lagu yang berbeda. Sebuah judul besar mejeng di The Times pada hari Senin: "Jenderal menentang percepatan penarikan di Afghanistan."

Setelah mengambil alih komando pasukan AS di Afghanistan pasca-pemecatan Jenderal Stanley McChrystal yang dinilai gagal dan malah berkoar-koar di media, Petraeus mengatakan ia tidak menerima pekerjaan itu hanya untuk mengeluarkan pasukan tentara Amerika dari Afghanistan. Tujuan Petraeus sekarang tampaknya beralih untuk menggalang opini publik yang bertentangan dengan perintah besar Obama.

Jadi siapa yang berkuasa di sini sebenarnya?

Yang benar adalah bahwa tidak ada seorang yang tahu bagaimana, atau kapan Obama benar-benar menetapkan batas waktu penarikan pasukan. Ingat, Obama selalu ambigu dengan mengatakan penarikan akan bergantung pada kondisi di lapangan.

Sedangkan siapapun tahu, bahwa kondisi di lapangan Afghanistan saat ini sangat buruk, sehingga semua orang di Amerika akhirnya selalu berkesimpulan bahwa Amerika memang harus tinggal lebih lama di Afghanistan.

Ini adalah sesuatu yang mengerikan untuk direnungkan karena selain jumlah korban manusia (hampir separuh dari kematian pasukan Amerika di Afghanistan terjadi sejak Obama menjadi presiden), perang adalah halangan terbesar bagi rakyat Amerika dalam mengentaskan kesulitan ekonomi dan sosial yang terus dan terus memburuk di negeri Paman Sam itu.

Lihatlah wajah Amerika sekarang ini; ekonomi, sistem sekolah publik, defisit anggaran federal, dan kondisi fiskal telah mengganggu negara dan pemerintah lokal. Rakyat Amerika tampaknya hanya memberikan sedikit perhatian untuk semua masalah ini dan yang lebih mengejutkan adalah dimana ketika mereka menggelontorkan sejumlah uang (angka ini sekarang mencapai puluhan miliaran dolar per tahun) ke sebuah lubang pembuangan, korup, berbahaya dan tak kenal ampun di Afghanistan. Jangan heran jika sekarang pajak begitu tinggi di Amerika dan membuat rakyatnya menjerit.

Alasan mengapa rakyat Amerika sedikit sekali mendengar tentang Lyndon Johnson saat ini meskipun prestasinya sangat luar biasa saat ia mempimpin adalah bahwa Vietnam membuat reputasinya menjadi sangat rendah dan mungkin hina. Johnson yang bersikukuh terhadap perang, tergelincir di Vietnam, dan Vietnam pulalah yang telah secara tragis membuat perpecahan Partai Demokrat dan membuka pintu kepada kandidat antiperang Eugene McCarthy dan Robert Kennedy. Penerima manfaat utama, tentu saja, Richard Nixon dan para Republican.

Obama tampaknya tidak melihat perbandingan Afganistan ke Vietnam, dan ia mempunyai titik tersendiri ketika ia mengatakan bahwa AS tidak diserang dari Vietnam.Tapi 11 September 2001, hampir satu dekade yang lalu, dan perang di Afghanistan telah menjadi putus asa massal dan kecerobohan oleh Bush. Dan itu sepertinya tidak ada eskalasi yang cukup untuk Obama.

Amerika harus sadar bahwa Amerika tidak akan pernah bisa membangun Afghanistan yang stabil. Apa yang dibutuhkan Amerika saat ini adalah kampanye pembangunan bangsa untuk melawan ketidakadilan dan kerusakan di Amerika Serikat sendiri. (sa/thenewyorktimes)


http://www.eramuslim.com/berita/analisa/obama-petraeus-siapa-yang-sebenarnya-berkuasa.htm


No comments:

Post a Comment