Sunday, February 20, 2011

Yaman Diambang Revolusi

Aksi protes di ibukota Yaman, Sana'a, terus meningkat. Aksi protes ini semakin berbahaya, karena terlibat kelompok suku-suku yang ada di Yaman. Aksi ini hampir mirip seperti di Mesir, yang menggunakan Tahrir Square untuk melakukan aksi mereka. Tetapi, Yaman memasuki situasi yang berbahaya, di mana kelompok-kelompok suku ikut dalam gerakan aksi dengan menggunakan senjata. Sekarang ibukota Sana'a menjadi pusat gerakan menentang pemerintah.

Rakyat Yaman menyerukan revolusi untuk mengakhiri pemeritahan Ali Abdullah Saleh, yang sudah berkuasa hampir 40 tahun. Kekuasaan Ali Abdullah Saleh berlangsung sangat panjang, dan hampir menyamai pemimpin Libya Muammar Gadhafi, yang sudah berkuasa selama 43 tahun.

Gelombang aksi protes ini terus mencapai eskalasi yang sangat mengkhawatirkan bagi rezim yang berkuasa. Usaha-usaha sudah dilakukan oleh pemerintah untuk membujuk rakyat, menghentikan aksi mereka. Termasuk pernyataan Presiden Ali Abdullah Saleh, yang menyatakan tidak akan mencalonkan lagi sebagai presiden dalam pemilu mendatang.

Masalahnya, kelompok-kelompok suku di Yaman, yang ikut terlibat dalam aksi protes itu mereka juga membawa senjata. Yaman merupakan negara yang paling ratio penduduknya yang memiliki senjata di seluruh dunia. Setiap rakyat di Yaman, terutama kelompok suku, mereka memiliki senjata, seperti Kalashnikov, dan senjata menjadi simbol bagi seseorang, sifat : "Kelelakian". Jadi seorang itu akan memiliki kebanggaan sebagai "Lelaki", bila ia membawa senjata. Senjata juga berkaitan dengan kekuasaan.

Namun, kondisi pemerintah Ali Abdullah Saleh, yang semakin melemah di tengah-tengah rakyat yang terus melakukan tekanan dengan menggunakan aksi-aksi protes di ibukota Sana'a. Tetapi, yang mengkawatirkan di mana, setiap saat bisa muncul kekacauan dan kekerasan antara pihak militer dengan rakyat yang sudah mempersenjatai diri mereka dengan senjata api.

"Tidak ada orang Yaman yang meninggalkan rumah mereka, tanpa membawa senjata", ucap Sinan Abo Zeid, seorang penduduk yang bertempat tinggal di utara yang berada di wilayah propinsi Al Jawf.

Yaman, nampak seperti negara 'Tak bertuan', di mana setiap rakyat dapat memiliki senjata secara bebas, terutama kelompok-kelompok suku, yang tinggal dan hidup dipegunungan. Di Yaman senjata juga dapat masuk ke negeri itu dengan bebas.

"Ini akan membawa resiko yang paling berbahaya, di mana senjata berada di tangan orang-orang yang salah", ucap Sultan al Atawwy, seorang anggota parlemen Yaman dari kelompok oposisi dari Partai Nasseris. "Ini akan menimbulkan resiko keamanan yang besar di Yaman", tambahnya.

Di mana di Yaman, setiap 100 orang pendudk, 60 orang memilliki senjata. Ini terbesar di dunia, dan mengalahkan Amerika. Ini merupakan hasil survey internasional, yang dipublikasikan tahun 2007. Survey ini dilakukan oleh sebuah lembaga independen yang berpusat id Geneva.

Yaman, tak lain, merupakan negeri 'milisi', karena setiap penduduk memiliki senjata, dan mereka benar-benar berkuasa dengan senjata yang ada di tangan mereka. Kelompok suku-suku di Yaman, mereka memiliki granat, roket, mortir, dan mereka memiliki tank, yang mereka gunakan untuk melindungi setiap jengkal tanah mereka. Ini merupakan ciri, suku-suku yang ada di Yaman. "Menggunakan senjata adalah hak kami",ucap mereka.

Rashad al-Alimi, Deputi Perdana Menteri yang membidangi pertahanan dan keamanan, menegaskan, salah satu rencananya adalah mengurangi senjata yang sekarang berada di tangan rakyat. Ini mungkin terlalu otupis, karena sekarang hampir setiap rakyat memiliki senjata di tangan mereka.

Tentu, yang sangat membahayakan bagi pemerintahan Ali Abdullah Saleh, di mana kelompok suku-suku di Yaman, sekarang telah masuk ke ibukota Sana'a dengan membawa senjata dan menuntut perubahan dengan pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh. (mh/tm)


http://www.eramuslim.com/berita/dunia/yaman-diambang-revolusi.htm

No comments:

Post a Comment