Irak menggelar karpet merah pada hari Rabu kemarin (12/1) untuk kunjungan bersejarah yang dilakukan oleh perdana menteri Kuwait, pejabat tingkat tinggi pertama Kuwait yang melakukan perjalanan ke Baghdad sejak rezim Saddam Hussein menginvasi negara emirat itu dua dekade lalu.
Perdana Menteri Kuwait Syaikh Nassir al-Muhammad al-Sabah melangkah ke aspal bandara dan saling bertukar pelukan dan ciuman di kedua pipi kepada Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki sebelum naik ke sebuah kendaraan lapis baja dan pergi menuju ke Zona Hijau.
Seorang penjaga militer kehormatan menyambut delegasi Kuwait yang berpakaian jubah yang menjulur dan hiasan di kepala, sementara marching band memainkan lagu kebangsaan Kuwait. Pemandangan ini kontras dengan peristiwa tahun 1991 lalu saat Kuwait secara resmi di invasi oleh Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein.
http://www.eramuslim.com/berita/dunia/untuk-pertama-kalinya-setelah-di-invasi-saddam-pm-kuwait-kunjungi-irak.htm
20 tahun setelah Perang Teluk, setelah Kuwait 'diselamatkan' oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika yang berhasil mengusir pasukan Irak keluar dari Kuwait, Irak dan Kuwait masih diliputi ketegangan meskipun pemimpin Irak yang digulingkan Saddam Hussein kemudian akhirnya dihukum mati.
Kuwait dahulunya mendukung Irak dalam perang Iran-Irak tahun 1980 hingga 1988, namun hubungan antara kedua negara semakin memburuk atas akibat hutang Irak ke Kuwait yang kaya dengan minyak.
Dan permusuhan antara kedua negara itu terus berjalan bahkan semakin memburuk.
Di salah satu KTT Arab terakhir sebelum perang Irak pimpinan Amerika Serikat, pada pertemuan Organisasi Konferensi Islam pada Maret 2003, wakil presiden Irak Izzat Ibrahim al-Douri membuat anggota KTT gempar ketika pada saat itu ia memanggil seorang menteri kabinet Kuwait dengan sebutan monyet.
Meskipun invasi diyakini oleh sebagian besar warga Irak tindakan yang salah, serta merupakan kesalahan serius, banyak orang di sini percaya bahwa Kuwait telah terlibat dalam peperangan ekonomi terhadap mereka di masa lalu.
Baik perdana menteri Kuwait atau rekan Iraknya telah berbicara secara terbuka Rabu kemarin, dan menteri luar negeri Kuwait Syaikh Muhammad al-Sabah dan menteri luar negeri Irak mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua negara berkomitmen untuk menyelesaikan perbedaan yang ada di antara mereka.(fq/csm)
Perdana Menteri Kuwait Syaikh Nassir al-Muhammad al-Sabah melangkah ke aspal bandara dan saling bertukar pelukan dan ciuman di kedua pipi kepada Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki sebelum naik ke sebuah kendaraan lapis baja dan pergi menuju ke Zona Hijau.
Seorang penjaga militer kehormatan menyambut delegasi Kuwait yang berpakaian jubah yang menjulur dan hiasan di kepala, sementara marching band memainkan lagu kebangsaan Kuwait. Pemandangan ini kontras dengan peristiwa tahun 1991 lalu saat Kuwait secara resmi di invasi oleh Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein.
http://www.eramuslim.com/berita/dunia/untuk-pertama-kalinya-setelah-di-invasi-saddam-pm-kuwait-kunjungi-irak.htm
20 tahun setelah Perang Teluk, setelah Kuwait 'diselamatkan' oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika yang berhasil mengusir pasukan Irak keluar dari Kuwait, Irak dan Kuwait masih diliputi ketegangan meskipun pemimpin Irak yang digulingkan Saddam Hussein kemudian akhirnya dihukum mati.
Kuwait dahulunya mendukung Irak dalam perang Iran-Irak tahun 1980 hingga 1988, namun hubungan antara kedua negara semakin memburuk atas akibat hutang Irak ke Kuwait yang kaya dengan minyak.
Dan permusuhan antara kedua negara itu terus berjalan bahkan semakin memburuk.
Di salah satu KTT Arab terakhir sebelum perang Irak pimpinan Amerika Serikat, pada pertemuan Organisasi Konferensi Islam pada Maret 2003, wakil presiden Irak Izzat Ibrahim al-Douri membuat anggota KTT gempar ketika pada saat itu ia memanggil seorang menteri kabinet Kuwait dengan sebutan monyet.
Meskipun invasi diyakini oleh sebagian besar warga Irak tindakan yang salah, serta merupakan kesalahan serius, banyak orang di sini percaya bahwa Kuwait telah terlibat dalam peperangan ekonomi terhadap mereka di masa lalu.
Baik perdana menteri Kuwait atau rekan Iraknya telah berbicara secara terbuka Rabu kemarin, dan menteri luar negeri Kuwait Syaikh Muhammad al-Sabah dan menteri luar negeri Irak mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua negara berkomitmen untuk menyelesaikan perbedaan yang ada di antara mereka.(fq/csm)
No comments:
Post a Comment