Thursday, April 24, 2014

Syiah Malaysia Sering Lakukan Pertemuan dengan Syiah Indonesia

TIDAK mudah untuk menelusuri jejak Syiah di Malaysia. Kebijakan pemerintah menetapkan Syiah sebagai aliran terlarang, membuat kelompok yang dinilai keluar dari Islam ini bersembunyi dari permukaan. Jika di Indonesia, Syiah bebas melakukan kegiatannya, maka jangan harap itu dapat ditemukan di Malaysia.

Penelusuran Islampos melacak jejak Syiah dimulai dari Kedah. Di Negeri yang sudah menetapkan Syiah sebagai kelompok haram ini, tidak banyak masyarakat tahu di mana tempat aktivitas Syiah. Maklum saja, mayoritas warga Malaysia menjadikan Syafi’i sebagai mazhab utama, maka keberadaan Syiah tidak dapat diterima.

“Kami hanya tahu mereka ada, tapi kami tidak tahu dimana mereka berkumpul,” terang Abdurrahman, warga Kedah.
Ketua Persatuan Ulama Kedah, Abdullah bin Din, dalam Khotbah Jum’atnya (22/11) sempat menyinggung keberadaan Syiah di wilayahnya. Fenomena perkembangan Syiah di Utara Malaysia itu dinilai berada pada titik menghawatirkan. Meski Syiah sudah ditetapkan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) sebagai aliran sesat, tapi masih ada saja kelompok Syiah berkeliaran.
Ulama muda lulusan Universitas Jordan ini menceritakan kasus cerai seorang perempuan pemeluk Syiah. Perbedaan pandangan dalam melihat Islam, membuat dirinya memutuskan tali pernikahan dengan suaminya yang seorang muslim. Fakta ini, kata Abdullah, kian membuktikan bahwa ajaran Syiah menyimpang dari Islam.

“Akhirnya perempuan tersebut menikah dengan sesama Syiah,” kata Abdullah bin Din.
Dari berbagai pertemuan Islampos kepada sejumlah ulama dan jama’ah masjid di Kedah, muncul nama Abdullah Hasan. Pria ini dinilai tokoh yang bertanggung jawab dalam menyebarkan ajaran Syiah di Kedah dan daerah-daerah di Malaysia. Karena Kedah termasuk daerah basis Syiah di Malaysia. “Dia (Abdullah Hasan) adalah Ketua Syiah Kedah,” ujar seorang jama’ah masjid Al Hadi kepada Islampos.

Para jama’ah menunjukkan bahwa Abdullah Hasan tinggal di wilayah Pendang. Di sana warga mencium adanya pergerakan aktivitas Syiah. Pasalnya, banyak warga Syiah berkumpul di wilayah Pendang tempat kediaman Abdullah Hasan.

Berbekal informasi ini, Islampos memulai pengembaraan untuk menemui tokoh yang sempat membuat geger media di Malaysia ini. Kala itu,  Abdullah Hasan melapor kepada polisi karena mengaku mendapat ancaman.

Memakan waktu sekitar 25 menit dari Masjid Al Hadi Kedah, Islampos akhirnya tiba di sebuah rumah. Rumah ini terletak langsung dipinggir jalan dan diapit sawah. Dari dalam gerbang rumah, tampak seorang pria paruh baya tengah berusaha mengeluarkan mobil. Laju pria berbaju koko dan berkopiah putih itu tertahan ketika mengetahui Islampos datang. Dari balik kaca mobil, matanya mengawasi kedatangan kami.

Tadinya, Abdullah Hasan enggan untuk meladeni wawancara. Namun, setelah Islampos mengenalkan diri sebagai sebuah media dan datang dari Indonesia, Abdullah Hasan membuka diri. “10 menit saja,” katanya. Gurat kepanikan terpancar dari wajahnya.

Islampos kemudian dibawa masuk ke dalam sebuah bangunan serba hitam berbentuk aula. Dari luar aula inin didahului tulisan Husainiah Az-Zahra. Dengan panjang sekira 30 meter dan lebar 10 meter, di sinilah kelompok Syiah Kedah berkumpul. “Kami melakukan ibadah sehari-hari di sini,” terang Abdullah Hasan.
Husainiah Az-Zahra sendiri berdiri di Kedah sejak tahun 1991. Sekitar 200 pengikut berkumpul setiap kali Abdullah Hasan mengadakan majelis secara besar-besaran di situ. Seperti dikutip sebuah media di Malaysia, Abdullah Hasan mengaku sekira 80 orang Syiah biasa hadir mengikuti pengajian pada siang hari.

Abdullah Hasan menerangkan, statistik tidak resmi menyebutkan ada 350.000 pengikut Syiah di Malaysia. Namun, pria berumur 65 tahun ini menyebut angka itu terlalu besar. “Jumlah Syiah di Malaysia sebenarnya hanya 10.000,” terangnya.

Jika di Indonesia, kelompok Syiah memiliki organisasi resmi, maka di Malaysia tidak ada satupun organisasi resmi Syiah. Karena pemerintah Malaysia melarang pembentukan organisasi Syiah.

“Kita punya organisasi tidak resmi namanya Masyarakat Awam Minoriti Syiah,”
Dengan jumlah itu, aktifitas Syiah di Malaysia berkisar pada memperingati berbagai hari raya Syiah seperti Asyura, Idul Ghadir, lahir dan wafatnya para Imam. Abdullah Hasan juga menjelaskan Syiah di Malaysia turut memperingati perayaan maulid dan wafatnya Rasulullah.

Abdullah mengaku kebijakan pemerintah Malaysia melarang Syiah membuat pengikut Syiah sulit mempraktikan ajarannya. Tidak banyak daya dan upaya yang mampu membuat Syiah melakukan ekspansi di Malaysia. “Saya sendiri pernah dipenjara selama dua tahun,” ujar pria berjanggut lebat ini.

Dia juga mengaku sering bertemu tokoh-tokoh Syiah di Indonesia. Abdullah kemudian menyebut nama-nama Tokoh Syiah di Indonesia yang pernah dia temui di Jakarta.
“Saya pernah ke ICC (Islamic Cultural Centre). Saya bertemu Jalaluddin Rakhmat di Hotel Borobudur, Jakarta. Selain itu, saya bertemu Hussein Shahab dan Abdullah Beik,” akunya. Dalam pertemuan itu juga, Abdullah Hasan menyebut nama Umar Shihab dari Majelis Ulama Indonesia yang juga Dewan Pembina Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, Jakarta.
Selain bertemu tokoh-tokoh Syiah di Jakarta, Abdullah Hasan juga pernah melakukan pertemuan di Palu dan Toli-Toli. Namun Abdullah Hasan tidak ingat siapa saja nama tokoh yang dia temui. “Lebih kurang ada 70 orang yang hadir dalam pertemuan itu,” jelasnya.

http://www.islampos.com/syiah-malaysia-sering-lakukan-pertemuan-dengan-syiah-indonesia-87663/



2 comments: